Selasa, 18 Mei 2010

EPILEPSI

EPILEPSI

PENGERTIAN
Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik yang relatif sering terjadi. Epilepsi merupakan suatu gangguan fungsional dan banyak jenisnya dan ditandai oleh aktifitas serangan yang berulang. Serangan kejang yang merupakan gejala atau manifestasi utama epilepsi dapat diakibatkan kelainan fungsional (motorik, sensorik atau psikis). Serangan tersebut tidak lama, tidak terkontrol serta timbul secara episodik. Serangan ini mengganggu kelangsungan kegiatan yang sedang dikerjakan pasien pada saat itu. Serangan ini berkaitan dengan pengeluaran impuls oleh neuron serebral yang berlebihan dan berlangsung lokal.

PENYEBAB EPILEPSI
1. Penyebab serangan pada umumnya
Epilepsi bukan suatu penyakit, tetapi suatu gejala yang dapat timbul karena berbagai macam penyakit. Secara umum serangn terjadi bila terjadi pelepasan aktivitas energi listrik yang besar dan mendadak dalam otak sehingga menyebabkan terganggunya fungsi otak. Setelah itu dengan cepat otak mengkoreksi sehingga gejala hilang oleh karena itu diluar serangan penyandang epilepsi adalah individu normal.
2. Penyebab spesifik epilepsi
 Kelainan yang terjadi saat perkembangan janin/kehamilan ibu:
a. Pemakaian obat-obat teratogenik (yang menganggu perkembagan janin).
b. Trauma saat hamil, peminum alkohol/narkoba atau penyinaran dengan sinar X(rontgen) atau sinar radioaktif
 Kelainan yang terjadi sat proses kelahiran:
a. Partus lama sehingga bayi kekurangan oksigen, terjadi infeksi otak saat proses kelahiran.
b. Kesalahan penaganan kelahiran sehingga terjadi cedera otak.
c. Cedera kepala yang menyebabkan kerusakan otak, kejang dapat terjadi saat terjadinya cedera kepalal atau 2-3 tahun sesudahnya. Bila kejang terjadi lebih dari 2 kali setahun dengan pola serangan yang sama barulah disebut penderita epilepsi.
d. Tumor otak
e. Penyumbatan atau kelainan pembuluh darah (AVM)
f. Radang selaput otak (meningitis) atau radang jaringan otak (ensefalitis).
g. Penyakit keturunan, fenilketonuria, tuberosklerosis atau neurofibromatosis.
h. Kecenderungan timbulnya epilepsi atau ambang kejang yang rendah diturunkan ke anak. Bila i irang tua menyandang epilepsi primer, kemungkinan anak epilepsi 5% bila keduanya epilepsi kemungkinannya 10%.

KLASIFIKASI
Klasifikasi Internasional Nama tradisional Sifat-sifat
1. Epilepsi parsial
a. Gejala dasar (motorik, sensorik atau otonomik



b. Gejala kompleks















2. Epilepsi umum

a. Absence








b. Tonik-klonik








3. Kejang unilateral
4. Kejang yang tidak terklarifikasi
Epilepsi jackson atau epilepsi fokal




Epilepsi psikomotor, atau epilepsi lobus temporalis














Petit mal








Grand mal Biasanya kesadaran tidak terganggu
Awitan fokal, biasanya kejang unilateral atau kedutan pada jari atau wajah, kemudian dapat menyebar ke seluruh sisi tubuh yang terkena serangan.
Pola yang sama untuk gejala sensoris
Biasanya penderita sadar sewaktu terjadi serangan tetapi tidak dapat mengingat kembali apa yang telah terjadi.
Gangguan mental sementara, gerakan otomatis yang tidak bertujuan (bertepuk tangan dan menjilat bibir).
Ingatan yang muncul secara tiba-tiba tentang kejadian di masa lalu, halusinasi visual atau dengar, perubahan kepribadian, tingkah laku antisosial, mood yang tidak tepat dengan suasana.
Tercetus oleh musik, kedipan sinar, atau rangsangan lain.
Bilateral, simetris dan tidak memiliki awitan lokal.
Kesadaran hilang selama beberapa detik, ditandai dengan terhentinya percakapan untuk sesaat, pandangan yang kosong atau kedipan mata yang cepat.
Hampir selalu pada anak-anak, mungkin menghilang pada waktu remaja atau diganti dengan epilepsi tonik-klonik.
Epilepsi dengan serangan klasik.
Biasanya didahului oleh suatu aura
Kesadaran hilang
Spasme otot umum secara tonik dan klonik
Lidah dapat tergigit
Inkontinesi kemih dan feses
Bingung dan amnesia terhadap kejadian sewaktu terjadi serangan


TANDA DAN GEJALA
Serangan epilepsi terjadi karena timbulnya lepas muatan listrik yang abnormal atau berlebihan dari sel neuron otak, yang timbulnya mendadak, sepintas dan berulang-ulang/periodik/kumat-kumatan. Akibatnya akan timbul berbagai gejala. Akibat serangan epilepsi timbul gejala berupa gangguan gerakan otot, perubahan perilaku, gangguan perasaan atau gangguan sistem otonomik. Serangan yang melibatkan sebagian kecil otak akan menimbulkan gejala ringan berupa bengong sejenak (absance) sedang serangan pada sebagian besar neuron akan menimbulkan kejang berkelojot disertai penurunan kesadaran.
Gejala Epilepsi
 Kejang parsial simplek
Dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu dan muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut. Penderita mengalami sensasi, gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergantung kepada daerah otak yang terkena. Jika terjadi di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis anterior sebelah dalam, maka penderita akan mencium bau yang sangat menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan. Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami déjà vu (merasa pernah mengalami keadaan sekarang di masa yang lalu).
 Kejang Jacksonian
Gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu (misalnya tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan dengan penyebaran aktivitas listrik di otak.
 Kejang parsial kompleks
Melibatkan gangguan fungsional serebral pada tingkat yang lebih tinggi, seperti proses ingatan dan proses berpikir, serta tingkah laku motorik kompleks yang berjalan otomatis.
Dimulai dengan hilangnya kontak penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit. Penderita menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh dan tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan dan menolak bantuan. Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan penyembuhan total.
 Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal)
Biasanya dimulai dengan kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik ini segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah mengalami kelainan fungsi.



 Epilepsi primer generalisata
Ditandai dengan muatan listrik abnormal di daerah otak yang luas, yang sejak awal menyebabkan penyebaran kelainan fungsi. Pada kedua jenis epilepsi ini terjadi kejang sebagai reaksi tubuh terhadap muatan yang abnormal. Pada kejang konvulsif, terjadi penurunan kesadaran sementara, kejang otot yang hebat dan sentakan-sentakan di seluruh tubuh, kepala berpaling ke satu sisi, gigi dikatupkan kuat-kuat dan hilangnya pengendalian kandung kemih. Sesudahnya penderita bisa mengalami sakit kepala, linglung sementara dan merasa sangat lelah. Biasanya penderita tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama kejang.
 Kejang petit mal
Dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum usia 5 tahun.
Tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari grand mal.
Penderita hanya menatap, kelopak matanya bergetar atau otot wajahnya berkedut-kedut selama 10-30 detik. Penderita tidak memberikan respon terhadap sekitarnya tetapi tidak terjatuh, pingsan maupun menyentak-nyentak.
 Status epileptikus
Status epileptikus menyatakan suatu keadaan dimana terjadi serangan yang berturut-turut tanpa jeda pemulihan antara kejang yang satu dengan kejang yang lain. Ada dua jenis, yaitu: (1)status motorik mayor, dimana suatu serangan tonik-klonik diikuti oleh serangan yang lain. (2) absence berlanjut, dimana terjadi serangkaian serangan absence. Status epileptikus bukan suatu fenomena yang sering dijumpai.
Status epileptikus motorik mayor merupakan suatu keadaan darurat yang akan berakibat fatal kalau tidak dapat ditanggulangi dan dipulihkan kembali. Ada beberapa jenis obat yang dapat diberikan untuk meringankan keadaan ini. Difenilhidantoin (Dilantin) yamg diberikan intravena mempunyai keuntungan karena tidak mengubah tanda-tanda neurologik dan tidak akan menimbulkan depresi pada pasien. Jika pengobatan ini tidak berhasil menghentikan serangan, maka fenobarbital atau diazepam (Valium) dapat diberikan secara intravena. Obat-obat ini lebih cenderung mengakibatkan depresi pernafasan atau jantung.
Status epileptikus seringkali meningkatkan tekanan darah pada suhu, menimbulkan kesulitan pernapasan dan perubahan-perubahan sistemik lainnya. Ventilasi yang memadai sangat penting demikian pula sistem bantuan kardiopulmunar harus dijaga jangan sampai terjadi aspirasi muntah dan saliva. Keseimbangan cairan elektrolit harus dipelihara. Kelelahan dan asidosis dapat mengakibatkan kematian. Setelah keadaan pasien terkendali, maka penyebab serangan epilepsi harus segera diselidiki. Penghentian mendadak obat antipilepsi dapat merupakan faktor pencetus timbulnya serangan, demikian juga penghentian alkohol secara mendadak.

Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena
Sisi otak yg terkena Gejala
Lobus frontalis Kedutan pada otot tertentu
Lobus oksipitalis Halusinasi kilauan cahaya
Lobus parietalis Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh tertentu
Lobus temporalis Halusinasi gambaran dan perilaku repetitif yang kompleks
misalnya berjalan berputar-putar
Lobus temporalis anterior Gerakan mengunyah, gerakan bibir mencium
Lobus temporalis anterior sebelah dalam Halusinasi bau, baik yg menyenangkan maupun yg tidak menyenangkan

PATOFISIOLOGI

Suatu lepas muatan simpatis akan menyebabkan naiknya tekanan darah dan bertambahnya denyut jantung. Autoregulasi peredaran darah otak hilang, mengakibatkan turunnya resistensi serebrovaskuler. Aliran darah ke otak sangat bertambah didorong oleh tingginya tekanan darah dan tidak adanya mekanisme autoregulasi. Sebaliknya tekanan darah sistemik akan turun, bila kejang berlangsung terus dan mengakibatkan turunnya tekanan perfusi, yang selanjutnya menyebabkan iskemi otak. Hal ini dan berbagai faktor lain akan menyebabkan hipoksi sel-sel otak. Kejang otot yang luas dan melibatkan otot pernafasan, selain mengganggu pernafasan secara mekanis juga menyebabkan inhibisi pada pusat pernafasan di medulla oblongata. Disamping itu kegiatan lepas muatan saraf otonom menyebabkan sekresi bronkus berlebihan dan aspirasi, mengakibatkan gangguan difusi oksigen melalui dinding alveolus. Perubahan fisiologis lain yang paling penting ialah adanya penggunaan energi yang sangat banyak. Neuron yang terus menerus terpacu menyebabkan bertambahnya metabolisme otak secara berlebihan, sehingga persediaan senyawa fosfat energi tinggi terkuras.
Hipotensi dan hipoksia akan memperburuk keadaan, yang berakhir dengan kematian sel-sel neuron. Selanjutnya hal ini dapat mengakibatkan aritmi jantung, hipoksi otak yang berat dan kematian. Kejang otot dan gangguan otoregulasi lain, juga menimbulkan komplikasi kerusakan otot, edema paru dan nekrosis tubuler mendadak. Status epileptikus yang berlangsung lama menimbulkan kelainan yang sama dengan apa yang terjadi pada hipoglikemia berat atau hipoksi. Sel-sel neuron yang mengalami iskemi selalu terdapat di daerah sektor Sommer hipokampus, lapisan 3, 4 dan 6 korteks serebri, kornu Ammon, amigdala, talamus dan sel-sel Purkinje.
Pengetahuan tentang neroanatomi dan nerofisiologi sangat penting untuk mengerti dasar gangguan pada epilepsi. Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Permukaan otak dapat dibagi atas berbagai macam wawasan yang mempunyai tugas khusus seperti wawasan motorik, sensorik, kata-kata, pengecap, pendengaran, penglihatan, penghidu, pengertian dan wawasan penghubung. Antara wawasan sensorik, penglihatan, penghidu, pendengaran dan pengecapan terdapat hubungan satu dengan yang lain. Kawasan-kawasan tersebut terdapat pada kedua belahan otak namun salah satu belahan akan lebih unggul dalam struktur dan fungsi (dominasi). Pada umumnya belahan otak kiri yang dominan tetapi pada orang kidal yang dominan belahan otak kanan.Konsep modern tentang impuls mengatakan bahwa impuls itu adalah aktifitas listrik saraf yang dibangkitkan oleh sebuah neron.
Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saran di otak yang dinamakan fokus epileptogen, yang biasanya diketahui lokasinya tetapi tak selalu diketahui sifatnya. Epilepsi yang tak diketahui sifat pencetusnya dinamakan epilepsi idiopatik, sedangkan yang dikenal sifat pencetusnya dinamakan epilepsi simtomatik.
Setiap jenis epilepsi dapat diketahui fokus epileptogennya, umpama epilepsi grand malidiopatik fokus terletak di daerah talamus (nuclei intralaminares atau inti sentrensefalik), epilepsi petit mal di substansia retikularis, epilepsi parsial di salah satu tempat di permukaan otak. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik sarafi. Otak ialah rangkaian berjuta-juta neron yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah nerotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama amino butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps.
Pada epilepsi yang simtomatik fokus epileptogennya dapat berupa jaringan parut bekas trauma kepala, trauma lahir, pembedahan, infeksi selaput dan jaringan otak dan dapat pula neoplasma jinak dan ganas. Pada fokus tersebut tertimbun acetylcholine cukup banyak. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui dendrit dan sinaps ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi).
Pada keadaan demikian akan terlihat umpamanya kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang disampaikan oleh orang lain yang menyaksikan terjadinya serangan epilepsi pada penderita. EEG (elektroensefalogram) merupakan pemeriksaan yang mengukur aktivitas listrik di dalam otak. Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak memiliki resiko. Elektroda ditempelkan pada kulit kepala untuk mengukur impuls listrik di dalam otak. Setelah terdiagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan lainnya untuk menentukan penyebab yang bisa diobati.
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk:
1. Mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah
2. Menilai fungsi hati dan ginjal
3. Menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat menunjukkan adanya infeksi).
EKG (elektrokardiogram) dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan irama jantung sebagai akibat dari tidak adekuatnya aliran darah ke otak, yang bisa menyebabkan seseorang mengalami pingsan.
Pemeriksaan CT scan dan MRI dilakukan untuk menilai adanya tumor atau kanker otak, stroke, jaringan parut dan kerusakan karena cedera kepala. Kadang dilakukan pungsi lumbal untuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak.

Elektroensefalogram
Aktivitas listrik korteks selebri memiliki tegangan yang sangat rendah yang akan direkam serta diperkuat oleh suatu elektroensefalograf. Sedangkan hasil pencatatanya disebut elektroensefalogram (EEG).
EEG merupakan suatu bentuk pencatatan fisiologis dan tidak dapat membedakan suatu bentuk dari bentuk yang lain (misal, EEG tidak dapat membedakan antara tumor dan trombosis). Sepuluh persen dari penderita dengan serangan kejang mempunyai EEG yang normal. Selain itu, hasil pencatatan EEG yang abnormal bukan berarti menderita epilepsi. Kenyataanya pada kasus-kasus yang telah didiagnosis sebagai epilepsi, sebagian besar aktivitas serangan bersifat nonklinis.
Kelainan EEG pada penderita serangan apilepsi tonik-klonik tergantung dari frekuensi dan lamanya serangan. Kelainan EEG lebih sering ditemukan pada pasien yang sering mengalami sering mengalami serangan dibandingkan pada pasien yang jarang menderita serangan.

DIAGNOSIS BANDING EPILEPSI
1. Serangan anoksia, sistol kurang dari 90 mmHg, tekanan oksigen vena jugularis kurang dari 20 mmHg. Kesadaran penderita berkurang/menurun disertai bradikardi atau takikardi.

2. Sinkop
Tiba-tiba tonus hilang, tekanandarah turun tonus otot hilagn. Dapat timbul karena emosi atau ketakutan.
3. Breath holding spell
Terjadi pada anak-anak kurang dari 5 tahun. Tiba-tiba penderita tampak tidak bernapas. Terdapat penurunan kesadaran dan kekakuan otot.
4. Hiperventilasi sindrom
Tiba-tiba penderita mengeluh sakit atau suara bernafas . Pernafasan dalam dan cepat penyebabnya masalah keluarga atau emosi.
5. Histeria, migren, vertigo, abdominal pain.
6. Narkolepsi

PENANGANAN EPILEPSI
Pertolongan waktu serangan
 Jangan panik, panik akan membuat bahaya penderita.
 Taruh bantal atau sesuatu yang lembut di bawah kepala
 Perlu diingat sekali serangan terjadi tidak dapat dihentikan dengan cara apapun. Serangan akan berhenti sendiri.
 Bebaskan ja;an napas, longgarkan dasi, kerah baju.
 Bila mulut terbuka masukkan sapu tangan atau bahan empuk diantara gigi.
 Bila mulut tertutup jangan dibuka paksa.
 Miringkan kepala agar ludah keluar.
 Jangan terkejut bila penderita kejang.
 Setelah serangan tidak perlu ke dokter kecuali ada luka.
 Jangan beri minum sebeblum sadar benar.
Waktu yang tepat memanggil ambulans :
 Jika anak terluka selama mendapat serangan mendadak
 Anak mungkin menelan air/cairan
 Serangan berlangsung lebih lama dari lima menit
Hal yang tak boleh dilakukan selama anak mendapat serangan:
• Meletakkan benda di mulutnya. Jika anak mungkin menggigit lidahnya selama serangan mendadak, menyisipkan benda di mulutnya kemungkinan tak banyak membantu. Anda malah mungkin tergigit, atau parahnya, tangan Anda malah mematahkan gigi si anak. Mencoba membaringkan anak. Orang, bahkan anak-anak, secara ajaib memiliki kekuatan otot yang luar biasa selama mendapat serangan mendadak. Mencoba membaringkan si anak ke lantai bukan hal mudah dan tidak baik juga.
• Berupaya menyadarkan si anak dengan bantuan pernapasan mulut ke mulut selama dia mendapat serangan mendadak, kecuali serangan itu berakhir. Jika serangan berakhir, segera berikan alat bantu pernapasan dari mulut ke mulut jika si anak tak bernapas.
Perawatan setelah serangan
• Bila pasien tidak sadar:
a. Jaga saluran nafas lancar
b. Jaga vital sign
c. Kebutuhan cairan dan elektroloit harus diperhatikan
• Kaji apakah klien dapat mengingat apa yang telah terjadi
• Beri rasa aman pada pasien

PENGOBATAN
Penatalaksanaan primer pada penderita epilepsi adalah terapi obat-obatan untuk mencegah timbulnya serangan kejang atau untuk mengurangi frekuensinya, sehingga pasien dapat menjalani kehidupan yang normal. Sekitar 70-80 % penderita dapat merasakan obat-obat antikonvulsan. Obat yang dipilih ditentukan oleh jenis serangan dan dosisnya disesuaikan secara perseorangan.
Obat antikonvulsan
obat Kegunaanya (jenis epilepsi Kadar dalam darah Efek samping
Barbiturat
Fenobarbital






Pirimidon (mysoline)



Hidantoin
Fenitoin (Dilantin)


Kejang tonik klonik (sering bersama hidantoin)
Status epileptikus



Epilepsi parsial (terutama parsial kompleks)



Epilepsi tonik klonik (terutama dewasa)
Epilepsi parsial
Epilepsi
kompleks
15-40 μg/ml






5-12 μg/ml





10-20 μg/ml

Mengantuk (biasanya tergantung besar dosis)
Gangguan lambung
Hiperaktif (terutama pada anak-anak, tidak tergantung pada besar dosis)
Mengantuk, fertigo, diplopia, ataksia
Dimetabolisme menjadi fenobarbital dan feniletilmalonamid

Dapat meningkatkan frekuensi serangan absence
Hirsustime, hipertrofi gusi, gangguan lambung, diplopia, penglihatan kabur, vertigo, hiperglike-mia, anemia makrositik terutama pada pemakaian jangka panjang karena menghambat sintesis asam folat
obat Kegunaanya (jenis epilepsi Kadar dalam darah Efek samping



Mefenitoin (Mesantoin)


Iminostilben
Karbamasepin (Tegretol)


Benzodiazepine
Diazepam (Valium)




Klonazepam (Klonopin)


Suksinimid
Etosuksimid (Zarontin)



Metsuksimid (Celontin)

Asam valproat
Asam valproat (Depakene)


Epilepsi parsial
Epilepsi tonik klonik


Epilepsi parsialkompleks
Dapat diberikan pada anak-anak

Hanya untuk status epileptikus (IV)




Kejang mioklonik, absence



Serangan absence




Serangan absence



Serangan absence




Dewasa: 200-800 mg/hari
Anak: 100-400 mg/hari

6-12 μg/ml




Dewasa: 5-10 mg, max 30 mg IV
Anak: 1 mg tiap 2-5 mnt, max 10 mg
Dewasa: 1,5-20 mg/hari
Anak: 0,1-0,2 mg/hari

Dewasa: 20-40 mg/kg/hari
Anak: 20 mg/kg/hari
40-90 μg/ml
Dewasa/anak: 600-1200mg/hari

50-100 μg/ml Kadar dalam serum >40μg/ml dihubungkan dengan ensefalopatifenitoin
Bicara banyak dan ngawur, insomnia
Pansitopenia


Penekanan sumsum tulang, gangguan lambung, mengantuk, penglihatan kabur, sembelit, ruam kulit

Sedasi, penekanan pernapasan dan jantung




Mengantuk, bingung, vertigo, sinkop, sakit kepala
Mual, muntah, berat badan turun, sembelit, diare, gangguan tidur, diskrasia darah

Mengantuk, ataksia, anoreksia, anemia aplastik


Mual, hepatotoksik



Jika penyebabnya adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun natrium yang abnormal, maka keadaan tersebut harus diobati terlebih dahulu. Jika keadaan tersebut sudah teratasi, maka kejangnya sendiri tidak memerlukan pengobatan. Jika penyebabnya tidak dapat disembuhkan atau dikendalikan secara total, maka diperlukan obat anti-kejang untuk mencegah terjadinya kejang lanjutan.
Sekitar sepertiga penderita mengalami kejang kambuhan, sisanya biasanya hanya mengalami 1 kali serangan. Obat-obatan biasanya diberikan kepada penderita yang mengalami kejang kambuhan.
Status epileptikus merupakan keadaan darurat, karena itu obat anti-kejang diberikan dalam dosis tinggi secara intravena. Obat anti-kejang sangat efektif, tetapi juga bisa menimbulkan efek samping. Salah satu diantaranya adalah menimbulkan kantuk, sedangkan pada anak-anak menyebabkan hiperaktivitas. Dilakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk memantau fungsi ginjal, hati dan sel -sel darah.
Obat anti-kejang diminum berdasarkan resep dari dokter. Pemakaian obat lain bersamaan dengan obat anti-kejang harus seizin dan sepengetahuan dokter, karena bisa merubah jumlah obat anti-kejang di dalam darah. Keluarga penderita hendaknya dilatih untuk membantu penderita jika terjadi serangan epilepsi.
Langkah yang penting adalah menjaga agar penderita tidak terjatuh, melonggarkan pakaiannya (terutama di daerah leher) dan memasang bantal di bawah kepala penderita. Jika penderita tidak sadarkan diri, sebaiknya posisinya dimiringkan agar lebih mudah bernafas dan tidak boleh ditinggalkan sendirian sampai benar-benar sadar dan bisa bergerak secara normal. Jika ditemukan kelainan otak yang terbatas, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengangkat serat-serat saraf yang menghubungkan kedua sisi otak (korpus kalosum). Pembedahan dilakukan jika obat tidak berhasil mengatasi epilepsi atau efek sampingnya tidak dapat ditoleransi.

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH KEJANG (EPILEPSI)

Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian anak dengan kejang yang perlu dikaji lebih dalam adalah riwayat kejang, perilaku anak selama kejang, sifat kejang, lama kejang, dan gerakan saat kejang.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan kejang antara lain:
1. Potensial terjadinya luka b.d kehilangan kesadaran yang tiba-tiba
2. Tidak efektifnya jalan napas b.d sumbatan tracheobronchial
3. gangguan konsep diri b.d penyakit epilepsi
4. Kurangnya pengetahuan
5. Risiko cedera
6. Risiko terjadi hipoksia/aspirasi
7. Perubahan proses keluarga

Rencana Tindakan Keperawatan
Risiko Cedera
Tujuan keperawatan yang hendak diatasi adalah mencegah tidak terjadinya cedera agar pasien tidak mengalami kejang dan kondisinya tenang.
Tindakan:
1. Libatkan keluarga dalam penanganan kejang dan ajari cara melakukannya.
2. Hindari stimulus yang menyebabkan terjadinya kejang.
3. Berikan obat anti kejang sesuai ketentuan.
4. Lakukan perawatan gigi denagn baik selama terapi fenitoin (untuk menurunkan hiperflasi gusi)
5. Berikan vitamin D dan asam folat selama terapi fenitoin dan fenobarbital untuk mencegah defisiensi.
6. Dampingi anak selama beraktivitas.
7. Kaji lama kejang.
8. Lindungi anak selama kejang

Risiko Terjadi Hipoksia/Aspirasi
Timbulnya kejang dapat menyebabkan hipoksia. Hal ini karena hilangnya kesadaran serta adanya aktivitas motoris selama kejang yang tidak terkendali. Tujuan keperawatannya adalah mencegah terjadinya distress pernapasan.
Tindakan:
1. Jangan melakukan restrain dengan paksa.
2. Apabila anak dalam keadaan di kursi roda, bantu untuk tidur di lantai atau tempat tidur.
3. Tempatkan selimut di bawah kepala.
4. Jangan menempatkan apapun di mulut anak untuk mencegah sumbatan jalan nafas.
5. Longgarkan pakaian.
6. Pertahankan agar penghalang tempat tidur tetap terpasang.
7. Atur posisi kepala anak tidak dalam keadaan hiperekstensi untuk meningkatkan ventilasi.
8. Apabila muntah miringkan badan dengan hati-hati.
Perubahan Proses Keluarga
Perubahan proses keluarga pada anak dengan kejang ini disebabkan adanya penyakit yang dialami anak yang membutuhkan perawatan serius, untuk itu upaya yang dapat dilakukan adalah denagn memberikan dukungan pada keluarga sebagai salah satu alternatif mengurangi masalah proses keluarga.
Tindakan:
1. Libatkan keluarga dalam perawatan kejang sebelum dan sesudahnya.
2. Berikan dukungan yang cukup dalam melakukan perawatan anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar